Belajar Menjadi Manusia Ruang

Nisaluthfi
2 min readMay 19, 2021

--

Dalam menjalani hidup sudah tidak asing lagi dengan konsep persaingan. Mulai masuk usia sekolah, dalam sistem pendidikan kebanyakan saat ini, diajari persaingan untuk menjadi juara satu. Memasuki dunia kerja, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, mencapai jabatan tertentu, dan lain semacamnya. Sehingga hukum rimba “siapa yang kuat dia yang menang” menjadi sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Tak jarang hal itu membuat seseorang menjadi ambisius. Menggunakan segala cara untuk menjadi nomor satu, mulai dari menyontek, menyikut kiri-kanan, menjilat atasan, dan menjalankan kesaktian “orang dalam”.

Gambar oleh PIRO4D dari Pixabay

Konsep berpikir manusia ruang yang diajarkan Mbah Nun, mengajarkan cara berpikir baru dalam menghadapi dan menjalani persaingan.

Menjadi manusia ruang yang menampung segalanya, bukan menjadi manusia perabot yang selalu ingin mencari ruang.

Di dalam pendidikan dan sekolah, untuk mulai menerapkan cara berpikir ini adalah dengan menyadari bahwa menjadi juara satu bukan merupakan tujuan. Menjadi juara satu atau yang ke berapapun adalah bonus. Hal terpenting dalam belajar di sekolah maupun sistem pendidikan lainnya adalah menyerap ilmu dan pengetahuan sebanyak mungkin dari apa saja yang diajarkan. Belajar dengan niat tulus dan sungguh-sungguh dalam melakukannya. Persaingan bukan dengan yang lain, tapi dengan diri sendiri. Apakah pengetahuan dan ilmu bertambah, apakah lebih baik dalam memahami daripada yang kemarin-kemarin.

Menerapkan kompetensi dan persaingan yang sehat dalam mendapatkan pekerjaan maupun dalam mencapai jabatan tertentu. Dalam artian memang orang-orang yang berkompeten yang mendapatkan pekerjaan dan menduduki jabatan-jabatan. Sebuah pekerjaan maupun jabatan hendaknya dipandang bukan hanya sebagai pencapaian, namun lebih sebagai sebuah amanah. Yang harus dijaga dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya kepuasan dan kesenangan, namun lebih utama menjadi tanggung jawab.

“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (H.R Bukhari)

Note: referensi tulisan ini adalah video berikut

--

--

Nisaluthfi
Nisaluthfi

Written by Nisaluthfi

𝘸𝘳𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨 tresno jalaran soko kulino

No responses yet