Catatan dari Seorang Juara Kelas

Nisaluthfi
3 min readJun 9, 2021

--

“It is not about smart children, it is about HAPPY CHILDREN who have the confidence and courage to learn and pursue things dear to their heart” — Alexandra Eidens, author of Book Life Journal for Kids

The Famous Meme

Apa bakatmu? Sebuah pertanyaan yang sampai saat ini saya masih belum benar-benar mempunyai jawaban yang pas. Saya atau mungkin sebagian besar generasi saya adalah produk dari sistem pendidikan yang mendewakan peringkat. Alih-alih menyebutnya dengan Sistem Pendidikan, saya lebih senang menyebutnya Sistem Penyeragaman. Karena para siswa dituntut untuk menguasai seluruh mata pelajaran, terutama yang masuk ujian nasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak mata pelajaran yang harus dikuasai. Semakin banyak mata pelajaran yang dikuasai, semakin tinggi nilai rata-rata dan semakin tinggi pula peringkat. Namun, semakin jauh dari pengetahuan dan penguasaan minat dan bakatnya. Karena bukannya ter-spesialisasi, ia malah semakin melebar. Saya adalah contohnya. Hampir selalu masuk peringkat 10 besar selama SD sampai tamat SMK, saya tidak pernah benar-benar mempunyai mimpi atau cita-cita. Ketika memutuskan untuk memilih sekolah Kejuruan pun, bukan karena saya jatuh cinta pada bidang jurusannya. Tapi karena saya ingin segera berubah dari “Buk, njaluk duwet” menjadi “Buk, iki lho duwet”.

Menurut saya, orang yang berhasil adalah orang yang menghidupi passion-nya. Melakukan pekerjaan karena memang bakat dan minatnya, benar-benar jatuh cinta dengan apa yang dikerjakannya. Kalau dasarnya adalah cinta, ia pasti akan 100% mengerahkan segalanya: tenaga, pikiran, waktu, dan atau apapun yang diperlukan. Hasilnya adalah kepuasan batin and the money will follow. Bukan hanya sekedar melakukan pekerjaan karena kewajiban. Pembenci hari Senin, pemuja Thanks God, it’s Friday.

Semakin dini pemetaan bakat dan minat seorang anak, semakin dini pula ia bisa mulai mendalaminya. Sehingga banyak hal-hal mubazir bisa dihindari. Waktu, biaya, dan salah cita-cita hidup tentunya. Misalnya saja, seorang anak yang berbakat dalam seni menggambar atau melukis, ia tentu saja tidak perlu mempelajari matematika sampe tahap kalkulus atau integral. Orangtua dapat langsung mengarahkan anaknya mendalami seni menggambar dengan cara kursus atau sebagainya. Waktu dan biaya tidak akan terbuang sia-sia. Sang anakpun akan sangat senang melakukannya karena memang cintanya ada di sana. Pelajaran lainnya diberikan seperlunya saja sesuai kebutuhan.

Selain masalah peringkat, kekurangan lain dari Sistem Penyeragaman adalah kurangnya konsep dalam proses pengajarannya. Sehingga para siswa tidak benar-benar tahu fungsi sebuah mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran diajarkan secara terpisah tanpa tahu konsep penggunaan dan hubungan satu sama lain. Misalnya saja, seorang anak yang diajak untuk belanja bulanan. Mulai dari menyusun daftar belanja sesuai dana yang tersedia, berangkat ke supermarket sesuai rute, cara berinteraksi dengan pegawai supermarket, hingga selesai dan kembali ke rumah. Ia sudah belajar matematika (menghitung belanjaan sesuai dana), geografi (rute), dan ilmu sosial (interaksi dengan pegawai supermarket). Maka bukan hal yang aneh, bagi seorang saya — yang meskipun pernah menjadi network engineer tidak benar-benar tahu apa fungsi kalkulus dan integral dalam hidup saya. Kenapa dari tadi kalkulus dan integral? Karena saya benar-benar benci sekali. Sudah sulit, gak berguna pula!? ☹

jagung telah menjadi bakwan …

Seperti peribahasa, jagung telah menjadi bakwan. Asu..dahlah kawan.
Bagi saya, cukup saya saja yang mengalaminya. Dengan terbukanya saya pada sudut pandang baru tentang anak dan pendidikan, semoga jika kelak diberi kesempatan diamanahi anak maupun anak-anak, saya dapat menerapkan pendidikan sesuai dengan fitrah mereka dari Tuhannya. Menjadi maestro-maestro di bidangnya. Manusia seutuhnya. Berguna untuk sekitarnya. Rahmatan lil ‘alamin.

Referensi dari tulisan ini adalah
1. Buku-buku Ayah Edy, konsultan parenting, penggagas Indonesia Strong From Home
2. Seri video di channel youtube caknun.com yang membahas tentang anak dan pendidikan bersama Mbah Nun, Sabrang MDP, dan Toto Rahardjo (Pengarah Sekolah Alternatif SALAM Yogyakarta)

--

--

Nisaluthfi
Nisaluthfi

Written by Nisaluthfi

𝘸𝘳𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨 tresno jalaran soko kulino

No responses yet