KUAT DAN BIJAKSANA

Nisaluthfi
2 min readMar 24, 2021

--

Nining adalah teman saya sewaktu di SMP. Beliau sekarang adalah seorang guru di sebuah kota yang (lumayan) besar. Nining adalah orang yang kuat — sangat kuat. Bukan, bukan karena hobi beliau adalah mendaki gunung. Bulan Januari kemarin, Ibu beliau berpulang setelah satu setengah tahun berjuang dengan sakit komplikasinya. Selama satu setengah tahun itu pulalah, setiap akhir pekan Nining bolak-balik kotanya tempat bekerja ke kota kelahirannya untuk merawat Ibu. Nining bukan orang yang suka mengeluhkan keadaanya. Beliau menyadari, dengan keadaan Ibu yang semakin parah, mau tidak mau, suka tidak suka, suatu saat beliau memang harus mengikhlaskan kepergian Ibunya. Ketika saya ber-takziah ke rumahnya, beliau kelihatan tegar — sangat tegar. Ada sedikit rona sembab, tapi beliau tetap kelihatan kuat. Bapak beliau sudah berpulang bertahun-tahun lalu. Saudara-saudaranya juga sudah berkeluarga. Dengan kepergian Ibu, beliau seperti seorang diri. Sebagai seorang perempuan yang belum menikah diumur akhir 20an, kehilangan Ibu bukan hanya kehilangan sosoknya. Namun juga harapan-harapan dan impian-impian. Sekarang beliau menjalani hidupnya seperti biasa, merajut kembali harapan dan mimpi, meskipun dengan keadaan yang berbeda. Sesekali Nining pulang ke rumah kelahirannya untuk nyekar Bapak Ibu dan ngendangi (melihat keadaan) rumahnya. Mungkin saya memang sering mendengar quoteYou never know how strong you are until being strong is the only choice you have” , tapi Nining benar-benar menjalankannya. Saya hanya sanggup mengagumi kekuatan beliau.

Sama dengan Nining, Kaila juga teman saya sewaktu SMP. Kaila sekarang bekerja sebagai dosen di sebuah kota di ujung pulau Jawa. Hampir sama dengan Nining, cerita tentang Kaila juga mengajarkan saya, selain tentang kekuatan, juga tentang kebijaksanaan. Beliau sekarang sedang berjuang. Melawan dirinya, melawan luka-lukanya. Beberapa waktu yang lalu, beliau baru saja ditinggal kawin oleh pacar — yang sekarang mantannya. Selama mereka berpacaran, ternyata mantannya sudah bertunangan dengan perempuan lain. Menurut cerita Kaila, mantannya melakukan hal itu — tidak bisa hanya dengan satu perempuan — dengan alasan karena dia masih terluka ditinggal kawin oleh mantannya. Yang sangat saya kagumi dari Kaila adalah cara beliau menyikapi luka dan keadaanya. Alih-alih melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan mantannya — memulai hubungan baru hanya untuk pelampiasan dan pelarian, dengan bijaksana Kaila memilih untuk berjuang memulihkan lukanya terlebih dahulu. Beliau berjuang dengan segenap usahanya, termasuk berobat ke psychiatrist. Perjuangan beliau memang bukan hal mudah, tapi beliau tetap memilih untuk tidak melukai orang lain. Semoga suatu saat, setelah lebih baik, beliau bertemu dengan orang yang tepat dan memulai hubungan yang sehat.

--

--

Nisaluthfi
Nisaluthfi

Written by Nisaluthfi

𝘸𝘳𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨 tresno jalaran soko kulino

No responses yet